Sayyidul istighfar adalah bacaan atau doa yang mengrajai atau ketua dari
semua istighfar. banyak istighfar tapi sayyidul istighfar inilah raja
nya atau paling bagus nya bacaan istighfar. di bawah ini adalah doa
sayyidul istighfar :
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ
وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ،
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ
عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ
الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Artinya ”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq
kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu
dan aku diatas ikatan janji -Mu dan akan menjalankannya dengan
semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku
perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui
dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni
segala dosa kecuali Engkau”.
Keutamaan:
Do’a Sayidul Istighfar ini mempunyai keutamaan yang sangat besar sekali,
yaitu orang yang selalu membacanya dengan yakin akan dimasukkan ke
dalam surga.
Hal ini dinyatakan sendiri oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam dalam hadist berikutnya :
ومن قالها من النهار موقنًا بها فمات من يومه قبل أن يمسي فهو من أهل الجنة
، ومن قالها من الليل وهو موقن بها فمات قبل أن يصبح فهو من أهل الجنة
” Siapa saja yang mengucapkan sayidul istihgfar pada siang hari dengan
yakin, kemudian meninggal dunia sebelum datang waktu sore, niscaya dia
termasuk ahli syurga. Dan Siapa saja yang membacanya di waktu malam
dengan yakin, kemudian dia meninggal dunia sebelum datangnya pagi,
niscaya dia termasuk ahli syurga ” ( HR Bukhari, no : 6306 )
Lalu bagaimana manfaat, dan kutamaan membaca sayyidul istighfar? hadits nabi mengatakan :
صحيح البخاري ٥٨٣١: حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْوَارِثِ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
بُرَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ الْعَدَوِيُّ قَالَ
حَدَّثَنِي شَدَّادُ بْنُ أَوْسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا
عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ
مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ
بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
قَالَ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ
يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ
قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ
يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
Shahih Bukhari 5831: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar telah
menceritakan kepada kami Abdul Warits telah menceritakan kepada kami Al
Husain telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dia berkata;
telah menceritakan kepadaku Busyair bin Ka’b Al ‘Adawi dia berkata;
telah menceritakan kepadaku Syaddad bin Aus radliallahu ‘anhu dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam; “Sesungguhnya istighfar yang paling baik
adalah; kamu mengucapkan: ‘ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA
KHALAQTANI WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU
A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TU ABUU`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA
ABUU`U LAKA BIDZANBI FAGHFIRLI FA INNAHU LAA YAGHFIRU DZDZUNUUBA ILLA
ANTA
(Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi
selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku
akan setia pada perjanjianku denganMu dan keyakinanku terhadap apa yang
Engkau janjikan, sekuat kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari
kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku
mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang
mengampuni dosa kecuali Engkau.) ‘.” Beliau bersabda: ‘Jika ia
mengucapkan di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada
hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk dari penghuni surga. Dan
jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal
sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk dari penghuni surga.’
Sayyid Fadhl Bin Alawiy Maula al-Dawilah (Wafat 1319 H) mengatakan dalam kitabnya Syarh al-Wird al-Lathif:
وسمي سيد الاستغفار لانه جامع للاعتراف والاعتذار وطلب المغفرة والتوبة والتوحيد .
Artinya: Dzikir tersebut dinamai Sayyidul istighfar (Rajanya istighfar)
karena di dalamnya mencakup pengakuan dan pernyataan terhadap kesalahan
serta permohonan ampunan, taubat dan bukti pengesaan terhadap Allah.
Maksudnya adalah: Dzikir tersebut kepangku naman Rajanya Istighfar
karena melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaan. Dan lebih
tinggi dalam hal kedudukan.
Dari sini dapat dipahami bahwa siapa saja yang membaca Sayyidul
istighfar dengan yakin, maka Allah Taala akan memasukkannya ke surga.
PENJELASAN TENTANG BACAAN SAYYIDUL ISTIGHFAR
Setelah kita mengetahui bacaan sayyidul istighfar, alangkah baiknya,
jika kita tidak hanya sekedar menghafal doa-doa tersebut, namun harus
dipahami dan direnungi makna setiap lafadhnya, sekaligus mengetahui juga
akan kandungan dan keutamaan dari doa tersebut.
Berikut penjelasan dari doa tersebut :
1) Allohumma annta robbii (Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-ku)
Maksudnya kita mengakui bahwa Allah adalah pencipta dan pemelihara kita.
Karena Rabb berarti : pencipta ,pemilik dan pemelihara. Pengakuan
seperti ini disebut dengan ” Tauhid Rububiyah ” . Maka, doa itu kalau
kita panjangkan, kira-kira berbunyi begini : ” Ya Allah sesungguhnya
Engkau adalah Rabb-Ku, Dzat Yang menciptakanku…dulu saya tidak ada,
hanya dengan izin-Mu aku menjadi ada dan masih hidup di dunia ini…
Engkau adalah Rabb-ku, Dzat Yang memeliharaku…dulu aku kecil, tidak bisa
apa-apa dan tidak tahu apa-apa, hanya dengan Inayah dan Perhatian-Mu,
sehingga aku menjadi besar dan tahu banyak hal…Engkaulah Yang
memberikan-ku rizki sehingga sampai sekarang aku bisa makan dan minum….
2) Laaaaaa ilaaha illaaaaaa annth (tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Engkau), Maksudnya kita mengakui dan
menyatakan bahwa di alam ini tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah SWT. Karena ” ilah ” berarti : sesuatu yang disembah , sesuatu
yang dijadikan gantungan dan sandaran, sesuatu yang dituju dan dicari
ketika terjadi kesulitan. Pengakuan seperti ini disebut dengan ”Tauhid
Uluhiyah”. Jadi doa ini kalau dipanjangkan kira-kira berbunyi : ” Tiada
yang berhak disembah dan dimintai kecuali Engkau ya Allah…Aku tidak akan
meminta hajat kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada akan meminta bantuan
kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada minta kesembuhan kecuali kepada-Mu ya
Allah, tiada memohon ampun kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada memohon
jalan keluar dalam seluruh masalah kecuali kepadaMu ya Allah…
Inilah inti dari seluruh ibadat kita. Kita sholat, kita berpuasa, kita
membayar zakat dan kita melakukan ibadat haji…semuanya berisi ketundukan
kepada Allah SWT. Maka, tiada artinya kita sholat tiap hari, tapi kita
masih memohon perlindungan kepada selain Allah, kita masih memberikan
sesajen di pojok-pojok jalan, di bawah-bawah pohon beringin , di
tepi-tepi pantai selatan, di lereng-lereng gunung …yang tujuannya untuk
kita persembahkan kepada jin penunggu tempat-tempat tersebut.Tiada
artinya kita haji sepuluh atau dua puluh kali, tetapi kita masih datang
ke dukun-dukun untuk meminta jodoh, meminta keturunan, meminta pelaris
dan meminta jabatan.
3) Kholaqtanii wa ana ‘abduk
(Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu)
Engkau adalah Dzat Yang menciptakan seluruh alam ini, aku hanyalah
seorang hamba yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa, kecuali dengan
bantuan-Mu..hamba yang tidak mempunyai apa-apa kecuali dengan
pemberian-Mu ya Allah.
4) Wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’th (aku akan berusaha
memenuhi janji-janjiku kepada-Mu dan membenarkan janji-janji-Mu sekuat
tenagaku)
Al ‘Ahdu ( Janji kita kepada Allah ) adalah kita mengakui bahwa Allah
adalah Rabb kita, kita telah berjanji kepada Allah, bahwa kita akan
melaksanakan seluruh perintah dan larangan-Nya. Janji ini pernah kita
sampaikan kepada Allah sewaktu kita berada di sulbi Adam, sebagaimana
yang pernah disampaikan Allah swt dalam friman-Nya :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ
وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى
شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا
غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Rabb-mu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” ( Qs
Al A’raf : 172 )
Maka do’a tersebut kalau kita panjangkan maka berbunyi : ” Ya Allah, aku
dulu pernah berjanji kepada-Mu sewaktu masih di sulbi Adam, untuk
mentaati segala perintah-Mu dan menjauhi segala larangan-Mu. Maka akan
aku penuhi janjiku tersebut menurut kemampuan dan kekuatanku ya Allah….
Adapun ” al Wa’du “ ( Janji Allah kepada kita ) adalah bahwa Allah akan
memberikan pahala bagi yang taat dan memberikan hukuman bagi yang
bermaksiat. Maka doa itu kalau kita panjangkan, maka bunyinya ” Ya Allah
aku juga membenarkan janji-Mu, bahwa Engkau akan memberikan pahala bagi
yang taat dan memberikan hukuman bagi yang bermaksiat, oleh karena itu
aku akan mentaatimu ya Allah dan meninggalkan larangan-larang-Mu menurut
kekuatan dan kemampuanku. ”
5) A’uudzubika minn syarri maa shona’th (aku berlindung kepada-Mu dari apa perbuatan jelekku)
Kita harus selalu berlindung kepada Allah dari perbuatan jelek kita.
Rosulullah saw sendiri selalu mengajarkan kepada kita agar selalu
berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kita dan kejelekan amalan
kita. Ini sangat terlihat secara jelas di dalam setiap khutbahnya ketika
beliau berdo’a :
” Dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan amalan kami ”
Jiwa manusia selalu membisikan kejelekan, makanya kita dianjurkan untuk
selalu berlindung kepada Allah dari bisikannya, sebagaimana firman Allah
swt melaui lisan istri pejabat yang pernah merayu nabi Yusuf as :
وَمَا أُبَرِّىءُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ
” Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi
rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang Sesungguhnya jiwa ini selalu menyuruh kejelekan ” ( Qs Yusuf :
53 )
6) Abuuuuuu-u laka bini’matika ‘alayy (aku mengakui akan nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku)
Nikmat yang diberikan Allah kepada kita sangat banyak sekali, karena
banyaknya sehingga kita tidak bisa menghitungnya, sebagaimana firman
Allah swt :
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah )”
( Qs Ibrahim : 34 )
Seorang hamba yang merasa dan mengakui adanya nikmat tersebut, tentunya
akan terus bersyukur …Kalau do’a tersebut dipanjangkan , maka akan
berbunyi : ” Ya Allah , aku mengakui bahwa nikmat-Mu yang Engkau berikan
kepadaku sangat banyak sekali, nikmat kehidupan, tanpa ijin-Mu tidak
mungkin aku bisa hidup di dunia ini…nikmat anggota badan yang lengkap,
seandainya saja salah satu anggota badan ini engkau cabut …ya Allah ,
tentunya aku akan mendapatkan kesusahan, terimakasih ya Allah atas
nikmat ini…apa yang harus aku balas ya Allah demi mensyukuri nikmat
ini….begitu juga nikmat kesehatan yang Engkau berikan kepadaku, sehingga
aku bisa mengerjakan aktivitas sehari-hari dan bisa bekerja dengan
baik, jika kesehatan ini Engkau cabut ya Allah, tentunya aku akan
mendapatkan kesusahan…terimaksih ya Allah atas nikmat ini.”
7) Wa abuuuuuu-u bidzamm-bii (dan aku mengakui juga atas dosa yang pernah aku perbuat)
Mengakui dosa merupakan syarat diterimanya sebuah istighfar dan taubat.
Oleh karenanya, orang yang berdoa harus merasa rendah dan hina di
hadapan Allah…harus merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang berlumuran
dosa dan maksiat…makhluk yang kecil yang tidak mempunyai daya apa-apa.
Sebaliknya dia harus mengakui bahwa Allah adalah Maha Suci, Maha
Perkasa, Dzat Yang Mampu melakukan apa saja…
Makanya, orang yang takabbur dan sombong jarang mau bertaubat, karena
merasa dirinya adalah makhluk yang suci dan tidak pernah salah. Orang
seperti ini biasanya hatinya keras dan kasar terhadap sesama. Berbeda
dengan orang yang selalu mengucapkan dan merenungi doa sayidul istighfar
ini …hatinya selalu lembut… mudah menerima nasehat..mudah
terharu..mudah menangis…karena selalu ingat akan dosa-dosanya, dan yang
paling penting selalu beristighfar dan banyak bertaubat.
8) Faghfirlii fainnahuu laa yaghfirudz-dzunuuba illaaaaaa annth (maka
ampunilah diriku, sesungguhnya tiada yang mampu mengampuni dosa kecuali
Engkau ya Allah)
Ini adalah lafadh istighfar yang sebenarnya, adapun lafadh-lafdah
sebelumnya adalah muqaddimah atau pembuka lafadh istighfar ini.
Jadi, kalau kita perhatikan do’a sayidul istighfar ini, akan kita
dapatkan bahwa muqaddimah atau pembukanya jauh lebih panjang dari pada
do’a istigfhar itu sendiri, kenapa harus begitu ?
Pertama : Salah satu adab berdo’a adalah sebelum kita berdo’a atau
memohon sesuatu kepada Allah swt, hendaknya kita dahului dengan amal
sholeh atau perbuatan baik, salah satu dari amal sholeh adalah
mengucapkan kalimat tauhid, atau menyatakan bahwa tiada Robb dan Ilah
yang berhak disembah kecuali Allah. Diantara amal sholeh juga adalah
mengaku nikmat Allah yang diberikan kepada kita dan mengaku dosa yang
kita perbuat. Bahkan dalam beberapa hadist disebutkan bahwa sebelum
do’a, hendaknya didahului dengan mengucapkan sholawat kepada nabi
Muhammad saw….
Keutamaan Do’a Sayidul Istighfar
“Barangsiapa yang membaca doa ini di sore hari dan dia betul-betul
meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada malam harinya, maka
dia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang membaca doa ini di pagi
hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia
pada siang harinya, maka dia termasuk penghuni surga.” (Hadits Shahih.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6306 dan 6323), at-Tirmidzi (no.
3393), an-Nasa’i (no. 5522) dan lain-lain.)
Hadist di atas menjelaskan secara gamblang bahwa barang siapa yang
mengucapkan atau membaca doa sayidul istighfar dengan menyakini isinya,
maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga. Kenapa bisa begitu ?
Pertama : Karena dia sudah menyatakan ke –Esaan Allah ( bertauhid ) dari
hatinya yang paling dalam serta menyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa
tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah Taala.
Kedua : Karena dia sudah beristighfar dan memohon ampun atas segala dosa-dosanya.
Ketiga : Setelah hatinya kosong dari dosa dan diisi dengan tauhid,
tiba-tiba dia mati pada hari itu juga, maksudnya dia belum sempat
mengerjakan dosa-dosa lagi, maka tentunya orang seperti ini termasuk
ahli surga. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah sallahu alaihi
wa sallam :
من لقي الله تعالى لا يشرك به شيئاً دخل الجنة
” Siapa saja yang bertemu dengan Allah (meninggal dunia) dalam keadaan
tidak menyekutukannya dengan sesuatu, niscaya ia akan masuk syurga ” (
HR Ahmad )
Ini dikuatkan juga dengan hadist lain bahwasanya Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda :
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
” ٍSiapa saja yang akhir dari perkataannya ketika meninggal dunia: La ilaha illallohu , niscaya ia akan masuk surga . ”
Demikian seluruh penjelasan tentang bacaan sayyidul istighfar, semoga kelak kita bisa reunian lagi di surga-Nya. Aamiin
اللّهم صلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى الأوَّلين وصلِّ
وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى الآخِرين وصلِّ وسلِّم وبارك على
سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى كلٍ وقتٍ وكلٍ حين وصلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا
مُحمَّدٍ فى المَلأِ الأَعلى إلى يومِ الدِّين . اللهم نَسأَلُكَ يا
رَحمنُ أَنْ تَرْزُقَنا شَفَاعَتَهُ وَأَورِدْنا حَوْضَهُ وَاسْقِنا مِن
يَدَيْهِ الشَّريفَتينِ شَرْبَةً هَنيئَةً مَريئَةً لا نَظْمَأُ بَعدَها
أَبَداً اللَّهم كما آمَنَّا بِهِ وَلم نَرَه.. فَلا تُفَرِّق بَيْنَنا
وَبَينَهُ حتى تُدخِلَنا مُدخَلَه بِرحمَتِكَ يا أَرحَمَ الرَّاحِمين